Kisah Kembara
Ukon. Lahir di sebuah desa di Ciamis, Jawa Barat, sebuah pelosok yang oleh penduduk setempat dikenal dengan julukan Tunggeureuk. Sawah, gunung, lembah, tanah, menjadi teman dan tempat bermain sehari-hari.
Sejak kecil sudah keranjingan membaca dan menulis, kendati saat itu di desa tersebut belum ada listrik. Tak heran jika di malam hari, membaca atau menulis harus ditemani “damar”, alat penerangan dengan sumbu dan bahan bakar minyak tanah, yang dijamin bisa bikin lubang hidung menghitam jika nyala apinya terlalu besar.
Berbekal mesin tik tua, sekitar kelas 4 SD sudah memberanikan diri membuat tulisan untuk dikirim ke media. Dititipkan kepada ayah atau kakak, karya tersebut kemudian dikirim vis pos yang terletak di kota kecamatan. Alangkah bahagianya ketika salah satu dari karya tersebut untuk pertama kali dimuat di media, yakni Mingguan Pelajar.
Menginjak SMP, karya mulai dimuat di media yang lebih luas jangkauannya, dari mulai Mitra Desa (kini menjadi Mitra Dialog –PR Grup) hingga Pikiran Rakyat. Sebuah kebahagiaan yang membuncah ketika karya dimuat, mendapat honor pula. Saat itu, uang honor tersebut terasa begitu berharga dan digunakan untuk membantu orang tua membeli keperluan sekolah seperti buku, tas, dll.
Menginjak SMA, pindah ke Bandung dan bersekolah di SMA Negeri 2 Bandung, sebuah sekolah eksotik dan ternama yang berlokasi di Jl. Cihampelas. Gairah untuk membaca dan menulis semakin menjadi-jadi.
Selepas SMA, pendidikan dilanjutkan ke Institut Teknologi Bandung (ITB). Pada saat kuliah, selain terus menjadi penulis secara independen, juga menjadi pengurus majalah kampus “Sistem”. Bersama beberapa teman sejurusan, dipercaya pula menjadi pengasuh tetap suplemen perkotaan “Bandung Raya” di Pikiran Rakyat selama beberapa bulan.
Lulus kuliah, bekerja di Jakarta dan kemudian diberi kepercayaan untuk kembali melanjutkan jenjang pendidikan di ITB. Di sela-sela pekerjaan, menulis menjadi aktivitas yang tak pernah ditinggalkan, baik untuk kepentingan dokumentasi pribadi maupun untuk dipublikasikan.
Dalam menulis tak ada keinginan mengerangkeng. Semua inspirasi dan kata hati dituliskan. Jadilah karya berupa opini tentang musik, seni, sosial, ekonomi, hingga puisi dan cerpen. Karya pun tersebar di berbagai media seperti Bandung Pos, Pikiran Rakyat, Republika, dan Kompas. Hingga kini telah ratusan bahkan mungkin telah melebihi angka seribu lebih karya yang telah dipublikasikan. Karya yang dicantumkan dalam blog ini hanya sedikit contoh saja.
Kendati bekerja di Jakarta, memutuskan tetap bertempat tinggal di Bandung, sehingga masuk kelompok P4 (Perkumpulan Pemuda Pulang-Pergi) karena harus bolak-balik Jakarta-Bandung setiap akhir pekan. Istilah ukonisme sendiri mulai dilontarkan Isya, salah seorang teman kerja di Jakarta yang kini telah pulang kampung ke Pontianak. Entah dengan alasan apa si teman menyebut demikian, tetapi cukup enak juga untuk disebutkan.
Email kontak : ukon_af [at] yahoo [dot] com
Sejak kecil sudah keranjingan membaca dan menulis, kendati saat itu di desa tersebut belum ada listrik. Tak heran jika di malam hari, membaca atau menulis harus ditemani “damar”, alat penerangan dengan sumbu dan bahan bakar minyak tanah, yang dijamin bisa bikin lubang hidung menghitam jika nyala apinya terlalu besar.
Berbekal mesin tik tua, sekitar kelas 4 SD sudah memberanikan diri membuat tulisan untuk dikirim ke media. Dititipkan kepada ayah atau kakak, karya tersebut kemudian dikirim vis pos yang terletak di kota kecamatan. Alangkah bahagianya ketika salah satu dari karya tersebut untuk pertama kali dimuat di media, yakni Mingguan Pelajar.
Menginjak SMP, karya mulai dimuat di media yang lebih luas jangkauannya, dari mulai Mitra Desa (kini menjadi Mitra Dialog –PR Grup) hingga Pikiran Rakyat. Sebuah kebahagiaan yang membuncah ketika karya dimuat, mendapat honor pula. Saat itu, uang honor tersebut terasa begitu berharga dan digunakan untuk membantu orang tua membeli keperluan sekolah seperti buku, tas, dll.
Menginjak SMA, pindah ke Bandung dan bersekolah di SMA Negeri 2 Bandung, sebuah sekolah eksotik dan ternama yang berlokasi di Jl. Cihampelas. Gairah untuk membaca dan menulis semakin menjadi-jadi.
Selepas SMA, pendidikan dilanjutkan ke Institut Teknologi Bandung (ITB). Pada saat kuliah, selain terus menjadi penulis secara independen, juga menjadi pengurus majalah kampus “Sistem”. Bersama beberapa teman sejurusan, dipercaya pula menjadi pengasuh tetap suplemen perkotaan “Bandung Raya” di Pikiran Rakyat selama beberapa bulan.
Lulus kuliah, bekerja di Jakarta dan kemudian diberi kepercayaan untuk kembali melanjutkan jenjang pendidikan di ITB. Di sela-sela pekerjaan, menulis menjadi aktivitas yang tak pernah ditinggalkan, baik untuk kepentingan dokumentasi pribadi maupun untuk dipublikasikan.
Dalam menulis tak ada keinginan mengerangkeng. Semua inspirasi dan kata hati dituliskan. Jadilah karya berupa opini tentang musik, seni, sosial, ekonomi, hingga puisi dan cerpen. Karya pun tersebar di berbagai media seperti Bandung Pos, Pikiran Rakyat, Republika, dan Kompas. Hingga kini telah ratusan bahkan mungkin telah melebihi angka seribu lebih karya yang telah dipublikasikan. Karya yang dicantumkan dalam blog ini hanya sedikit contoh saja.
Kendati bekerja di Jakarta, memutuskan tetap bertempat tinggal di Bandung, sehingga masuk kelompok P4 (Perkumpulan Pemuda Pulang-Pergi) karena harus bolak-balik Jakarta-Bandung setiap akhir pekan. Istilah ukonisme sendiri mulai dilontarkan Isya, salah seorang teman kerja di Jakarta yang kini telah pulang kampung ke Pontianak. Entah dengan alasan apa si teman menyebut demikian, tetapi cukup enak juga untuk disebutkan.
Email kontak : ukon_af [at] yahoo [dot] com
Labels: Kisah Kembara
| Baca Selengkapnya |