Membaca Album Iwan Fals "50:50"
"Hal lain yang bisa kita baca, banyak memang musisi yang mampu membuat melodi yang tak kalah enaknya. Tapi soal membuat lirik, Iwan memang sulit tergantikan, atau bahkan tak ada duanya. Tak hanya pada lagu-lagu kritik sosialnya, tetapi juga pada lagu-lagu cinta. Simak misalnya lagu cinta karya Iwan 'KaSaCima'. Di dalamnya tetap tersimpan visi dan pesan-peran kehidupan. Ini yang sangat jarang kita temukan pada lagu cinta karya musisi lain."
SEDIKIT mengupas album baru Iwan Fals "50:50", album ini nampaknya merupakan resep jitu Iwan untuk menyiasati pasar musik sekarang. Sebuah album keseimbangan yang mencoba pula mengenalkan karya-karya kritis Iwan Fals kepada publik musik yang selama ini lebih biasa menikmati lagu-lagu cinta.
Dengan membeli album 50:50, penikmat musik yang lebih biasa menikmati lagu-lagu cinta, juga "dipaksa" untuk mengapresiasi lagu-lagu non cinta. Selain itu, kemasan musiknya pun dibuat sangat ngepop hingga potensial untuk membuka rentang pendengar yang jauh lebih luas lagi.
Hal lain yang bisa kita baca, banyak memang musisi yang mampu membuat melodi yang tak kalah enaknya. Tapi soal membuat lirik, Iwan memang sulit tergantikan, atau bahkan tak ada duanya. Tak hanya pada lagu-lagu kritik sosialnya, tetapi juga pada lagu-lagu cinta. Simak misalnya lagu cinta karya Iwan "KaSaCima". Di dalamnya tetap tersimpan visi dan pesan-peran kehidupan. Ini yang sangat jarang kita temukan pada lagu cinta karya musisi lain.
Tentu yang membuat kita begitu hormat pada sosok Iwan, bukan sekedar karena kemampuannya meracik lirik yang luar biasa, tapi yang tak kalah penting adalah lirik-lirik itu menjadi bagian integral dari visi dan perjalanan hidup Iwan sehari-hari. Lagunya adalah sikap hidupnya, dan itulah yang dia kerjakan.
Mungkin kita kadang melihat sosok lain yang liriknya tak nempel dengan prilakunya, atau bahkan hanya sekedar alat jualan. Dari sini, kita pun bisa mendefinisikan perbedaan makna berindustri dan berkesenian.
Harapan saya, semoga Musica Studios berkenan membuat klip dari album 50:50 tak hanya untuk lagu-lagu bertema cinta, tetapi juga untuk lagu-lagu kritik sosialnya, khususnya lagu "Negara" dan "Rubah" yang begitu tajam.
Oh ya, di press release album 50:50, Mas Yockie Suryo Prayogo sempet mengeluhkan mengapa yang ditanya wartawan malah kenapa warna sampulnya pink, buka membahas bagaimana proses kreativitas Iwan Fals, mendiskusikan persoalan kehidupan sekarang seperti yang tercermin dalam lagu-lagu Iwan, dll. Mengapa semakin terkini itu "wartawan" malah semakin culun ya?? Terlalu banyak bergunjing soal perceraian kali ya?
SEDIKIT mengupas album baru Iwan Fals "50:50", album ini nampaknya merupakan resep jitu Iwan untuk menyiasati pasar musik sekarang. Sebuah album keseimbangan yang mencoba pula mengenalkan karya-karya kritis Iwan Fals kepada publik musik yang selama ini lebih biasa menikmati lagu-lagu cinta.
Dengan membeli album 50:50, penikmat musik yang lebih biasa menikmati lagu-lagu cinta, juga "dipaksa" untuk mengapresiasi lagu-lagu non cinta. Selain itu, kemasan musiknya pun dibuat sangat ngepop hingga potensial untuk membuka rentang pendengar yang jauh lebih luas lagi.
Hal lain yang bisa kita baca, banyak memang musisi yang mampu membuat melodi yang tak kalah enaknya. Tapi soal membuat lirik, Iwan memang sulit tergantikan, atau bahkan tak ada duanya. Tak hanya pada lagu-lagu kritik sosialnya, tetapi juga pada lagu-lagu cinta. Simak misalnya lagu cinta karya Iwan "KaSaCima". Di dalamnya tetap tersimpan visi dan pesan-peran kehidupan. Ini yang sangat jarang kita temukan pada lagu cinta karya musisi lain.
Tentu yang membuat kita begitu hormat pada sosok Iwan, bukan sekedar karena kemampuannya meracik lirik yang luar biasa, tapi yang tak kalah penting adalah lirik-lirik itu menjadi bagian integral dari visi dan perjalanan hidup Iwan sehari-hari. Lagunya adalah sikap hidupnya, dan itulah yang dia kerjakan.
Mungkin kita kadang melihat sosok lain yang liriknya tak nempel dengan prilakunya, atau bahkan hanya sekedar alat jualan. Dari sini, kita pun bisa mendefinisikan perbedaan makna berindustri dan berkesenian.
Harapan saya, semoga Musica Studios berkenan membuat klip dari album 50:50 tak hanya untuk lagu-lagu bertema cinta, tetapi juga untuk lagu-lagu kritik sosialnya, khususnya lagu "Negara" dan "Rubah" yang begitu tajam.
Oh ya, di press release album 50:50, Mas Yockie Suryo Prayogo sempet mengeluhkan mengapa yang ditanya wartawan malah kenapa warna sampulnya pink, buka membahas bagaimana proses kreativitas Iwan Fals, mendiskusikan persoalan kehidupan sekarang seperti yang tercermin dalam lagu-lagu Iwan, dll. Mengapa semakin terkini itu "wartawan" malah semakin culun ya?? Terlalu banyak bergunjing soal perceraian kali ya?
Labels: Inspirasi Fals, Refleksi
| Baca Selengkapnya |
Salah satu album terbaik tahun ini. Maju terus Bang Iwan!!
Komentar dari Anonymous | 19/4/07
THE LIVING LEGEND IS BACK .Bang Iwan Musisi Yang Terbaik Di dunia Ini.. bersatulah......Ghoro21_Hijau
Komentar dari Anonymous | 26/4/07