| Opini Musik & Seni | Opini & Resensi | Puisi | Cerpen | Refleksi |  

    | 

« Kembali ke Muka | Sumpah Serapah Perjuangan » | Jangan Salah Membaca » | KELAKUANMU BENAR-BENAR BUSUK. KAMU TERKUTUK! » | Optimisme Reggae di Zaman Susah » | Membaca Album Iwan Fals "50:50" » | Di Belantara Rindu » | Saat Mencari Jawaban » | Konser WS Rendra, Iwan Fals, Sawung Jabo » | Negara Siluman » | Pesan Fals »

Tersenyumlah Agar Kehidupan Tersenyum

Pernahkah Anda melihat wajah seseorang yang asem, judes, atau kata anak muda sekarang: jutek? Atau jangan-jangan kita sendiri yang sering berekspresi seperti itu? Wah, jangan deh! Bagi yang melihatnya, panorama seperti itu bukanlah hal yang memikat untuk dipandang. Begitu pula, bagi orang yang berekspresinya pun, asem, judes, atau jutek bukan pula tindakan yang melegakan, apalagi membahagiakan. Pendeknya, wajah buram tidaklah mengenakkan untuk kedua belah pihak.

Seringkali kita memang melupakan potensi besar yang sesungguhnya sangat dekat dengan diri dan keseharian kita. Salah satu di antaranya adalah senyum. Padahal senyum merupakan sedekah dan sumber kebahagiaan yang tiada taranya dan sangat murah.
Senyum juga adalah aksesoris sangat memikat yang dipancarkan manusia. Teristimewa untuk seorang perempuan. Bagaimana, misalnya, perempuan-perempuan sukses, banyak yang terkenal dengan senyuman khasnya.

Julia Roberts, artis ternama pemeran film Pretty Woman dan America’s Sweetheart, populer dengan senyum lebarnya yang mirip tertawa. Hampir semua giginya terlihat dan matanya bersinar. Begitu terkenalnya senyuman ini hingga ia terpilih sebagai selebriti dengan senyuman terbaik pada survai yang dilakukan perusahaan pasta gigi “Colgate” di Inggris beberapa waktu lalu.

Sementara itu, artis asal Amerika Latin, Jennifer Lopez terkenal dengan senyumnya yang lebar dan tenang. Menurut Ressa Woolf, pelatih manajemen komunikasi di AS, senyum Lopez menunjukkan kepercayaan diri yang kuat. Jenis senyum itu menunjukkan pula adanya pribadi yang hangat dan terbuka.

Senyuman tipis ala lukisan Monalisa adalah jenis senyuman yang lain. Bibirnya bersentuhan tetapi hampir tanpa tarikan atau gerakan. Jenis senyum ini menunjukkan pribadi yang tenang, sekaligus penuh misteri. Membuat orang yang melihatnya begitu terpikat dan ingin mengenal lebih jauh.

Dunia Bisnis
Senyum tentu saja diperlukan di semua ruang. Di lingkungan pertemanan, di sekolah, di keluarga, termasuk juga di lingkungan bisnis.

Dalam ketatnya iklim persaingan bisnis saat ini, setiap pelaku bisnis berusaha memberikan layanan prima bagi para kliennya. Semua sisi diupayakan untuk memberikan yang terbaik agar memiliki keunggulan komparatif dari para pesaingnya. Di samping meningkatkan kualitas produk, pemanfaatan teknologi-teknologi terkini, hal lain yang tak kalah menentukan adalah jasa layanan.

Dalam perkembangannya, semakin disadari bahwa senyum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari jasa layanan, apalagi bagi dunia bisnis yang banyak berhubungan dengan masyarakat banyak, seperti pos, transportasi, komunikasi, kelistrikan, dan perbankan. Urgensitas senyuman menjadi kian signifikan dan menjadi keperluan pokok, bahkan menjadi suatu kewajiban seperti bagi karyawan yang banyak bertatap muka dengan pelanggan. Di samping senyum, tentu saja ada hal lain yang juga harus diperhatikan, seperti bagaimana cara berkomunikasi, berpenampilan, serta sikap kerja dalam bertugas.

Dalam dunia bisnis, senyum juga sangat penting dalam banyak aspek, mulai dari proses negosiasi, saat kita presentasi, dan masih banyak lagi. Satu hal perlu disadari, tak hanya dalam dunia bisnis, senyum adalah proses aktif dan timbal balik. Setiap kali kita tersenyum, endorphin (senyawa kimia yang menghasilkan rasa senang) dilepaskan, hingga membangkitkan energi. Saat itu kita menjadi bahagia. Di saat kita bahagia, kita jadi lebih sering tersenyum. Oleh karena itu, berusaha untuk tersenyum lebih dulu kepada orang lain adalah suatu langkah yang sangat bijak. Hanya menunggu orang lain tersenyum merupakan bentuk komunikasi yang kurang berkualitas karena hanya memberikan respon terhadap stimulus yang diterima.

Di lain pihak, jika seseorang tersenyum kepada kita, kita akan merasa senang dan membalasnya lagi dengan senyuman. Inilah proses timbal balik yang mempengaruhi suasana hati satu sama lain, senantiasa membahagiakan kedua belah pihak. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi kita untuk menjauhi senyum bukan? Senyum adalah anugerah berharga untuk orang lain, sekaligus merupakan kado istimewa bagi diri kita sendiri.

Berlatih senyum
Saat kita tersenyum, kita menggunakan kombinasi 20 otot wajah untuk membentuknya. Otot yang memegang peranan adalah otot yang melingkar di sekitar mata dan mulut. Kedua otot itu berkontraksi membentuk beratus variasi dari tiga jenis senyuman utama, yakni senyuman tipis ala lukisan Monalisa, senyuman yang lebih hangat yang memperlihatkan sebagian gigi dengan ujung bibir naik sedikit, dan senyuman lebar ala Julia Roberts.

Seperti halnya otot lain pada tubuh, otot wajah pun menjadi kaku bila tidak dilatih secara teratur. Kalau otot tidak bekerja dengan baik, senyuman menjadi kurang fokus dan sinyal emosinya menjadi tidak tajam. Oleh karena itu, kita perlu berlatih untuk memiliki senyum yang mempesona.

Berlatih tersenyum tidaklah sukar. Salah satu cara yang bisa dilakukan, kita cuma butuh sebuah cermin. Sambil memandang ekspresi wajah kita di cermin, tarik lekuk mulut agak ke bawah. Lakukan latihan ini sehari sampai lima kali, masing-masing sekitar 1-2 menit. Dengan membiasakan diri, maka tersenyum adalah suatu aktivitas yang sangat mudah, menggembirakan, dan sama sekali tidak memberatkan.

Marjorie Brody, ahli komunikasi penulis buku Etiquette for Everyone Everyday memberi tips tambahan. Ia menyarankan untuk meletakkan cermin di meja dekat telepon dan mengamati bagaimana cara kita berbicara saat menelepon. Cermin itu akan membuat kita menyadari bagaimana raut wajah kita selama berbicara. Dari sini kita dapat belajar untuk memperbaiki ekspresi kita.

Pada akhirnya, senyum yang sejati adalah senyum yang benar-benar berasal dari dalam hati. Senyum yang dibuat-buat, senyum yang keluar hanya karena sekedar motivasi-motivasi kebendaan, apalagi senyum yang menjadi topeng, bukanlah hakikat sebuah senyuman.

Hal ini tentu saja bukan berarti menghalangi kita untuk berlatih tersenyum. Bagaimana pun, tulusnya sebuah senyuman harus pula dibiasakan, sebagaimana kita juga harus memenej dan membiasakan hati kita untuk selalu bersyukur serta senantiasa cerah dan lapang dada menghadapi beban hidup seberat apapun.

Dengan demikian, indahnya sebuah senyuman adalah ketika senyuman yang cerah sekaligus merepresentasikan jiwa dan hati kita yang juga cerah. Jika semua manusia memiliki kualitas senyuman seperti ini, niscaya dunia akan balik tersenyum kepada kita. Maka, senyumlah agar kehidupan pun tersenyum! ***

Oleh Ukon Ahmad Furkon, pernah diterbitkan di salah satu media.

Labels: ,

| Baca Selengkapnya |

Mari kita tersenyum :)

Post a Comment

Seputar Ukonisme

Komentar Terbaru

  • Anonymous Anonymous, pada tanggal 24/6/07 [klik]

Arsip Bulanan

Sejak Februari 2007

Web Site Hit Counters

netter sedang online