Melepasmu di Zaman Bebal
aku memandangmu dari kejauhan
dalam riuh di keheningan
di antara jutaan pasang mata yang sembab
selepas dilena melodrama telenovela
di antara para durna
yang tak bosan mencari muka
ketika suka dan duka hanya sekedar tontonan
saat kebenaran disandera kisah para pembaca berita
begitu dangkal kita memaknai peristiwa
begitu gampang kita melupakan sejarah
sampai kapan kita betah menjadi keledai dungu
yang tak mampu berkaca dari kisah masa lalu?
sampai kapan kita tak percaya bahwa luka itu begitu menyakitkan
sebelum kita sendiri yang terkapar berkalang darah?
hari ini kita diberikan kesempatan untuk banyak belajar
bahwa kesejatian bukan hanya dermaga
tetapi juga kisah mengarungi samudera
dengan seluruh petanya
hari ini kita mestinya tersadar
bahwa keluhuran tak kan pernah terwujud
jika di dalamnya terkapar korban
dan kita percaya bahwa negeri ini
bukanlah negeri dengan bendera setengah tiang
dalam riuh di keheningan
di antara jutaan pasang mata yang sembab
selepas dilena melodrama telenovela
di antara para durna
yang tak bosan mencari muka
ketika suka dan duka hanya sekedar tontonan
saat kebenaran disandera kisah para pembaca berita
begitu dangkal kita memaknai peristiwa
begitu gampang kita melupakan sejarah
sampai kapan kita betah menjadi keledai dungu
yang tak mampu berkaca dari kisah masa lalu?
sampai kapan kita tak percaya bahwa luka itu begitu menyakitkan
sebelum kita sendiri yang terkapar berkalang darah?
hari ini kita diberikan kesempatan untuk banyak belajar
bahwa kesejatian bukan hanya dermaga
tetapi juga kisah mengarungi samudera
dengan seluruh petanya
hari ini kita mestinya tersadar
bahwa keluhuran tak kan pernah terwujud
jika di dalamnya terkapar korban
dan kita percaya bahwa negeri ini
bukanlah negeri dengan bendera setengah tiang
Labels: Puisi
| Baca Selengkapnya |