Mungkin Anda merasakan kegelisahan yang sama. Setiap membaca media tulis atau menyaksi televisi, yang ada melulu berita buruk. Seolah negeri ini ancur seancur-ancurnya. Tak ada sisi baiknya.

Anehnya, prilaku serupa dilakukan pula oleh media-media yang punya reputasi nasional. Bayangkan, dari amatan terhadap sebuah media cetak bereputasi nasional selama satu tahun, tak lebih hanya satu, hanya satu headline yang berisi berita positif!

Bahwa di negeri ini banyak hal yang mesti diperbaiki, semua orang pasti sepakat. Bahwa banyak peristiwa yang harus dikritisi, rasanya tak ada orang yang tak sependapat. Namun, bukan berarti itu semua dijawab dengan melulu berita buruk.

Ada saatnya memberikan apresiasi. Ada saatnya untuk mengabarkan peristiwa-peristiwa telandan untuk membakar semangat. Ada saatnya untuk membangkitkan kebanggaan kepada negeri tercinta. Dan dengan itu kita menjadi lebih terpacu untuk bekerja keras, dengan tetap kritis secara konstuktif dan kontekstual.

Satu hal yang tak kalah penting, semangat dalam memberitakan bukan semangat mencaci maki, apalagi sinisme dan miskin pengetahuan. Tetapi semangat memperbaiki dan memberikan solusi. Tentu sangat menyedihkan jika media yang dipercaya sebagai pilar keempat demokrasi, justru jadi bagian dari permasalahan negeri ini.

Apresiasi tinggi disampaikan kepada media yang mencoba keluar dari perangkap itu. Ah... janganlah kalah sama Tukul Arwana yang dalam kelucuannya tersimpan semangat positif dan bijak. Percayalah, dengan itu dunia akan terasa jauh lebih indah.

Labels: Refleksi

| Baca Selengkapnya |

3/15/2007